ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP DAN RASA INGIN TAHU
PADA PEMBELAJARAN INKUIRI ALBERTA BERBASIS ASESMEN
DIAGNOSTIK
Galih Kurniawan*, Kartono, dan Edy Cahyono
Pendidikan Matematika, PPs Universitas Negeri
Semarang
Email: galihk_unnesmath@yahoo.com
ABSTRACT
The aim of the study to test the
effectiveness, describing the ability
of understanding the concept,
errors, and the character of curiosity
on inquiry Alberta
learning.
The method used is Mix Method research, and design research is
Concurrent Embaded. The test used was
t test. A total of 36 students of class VIII
and his KAM
is determined based on the value of UTS mathematics. Each KAM
taken two students
as research subjects. Eighth
grade students are given inquiry
Alberta learning. Qualitative data
were analyzed the ability of understanding the concept, errors, and the
character of curiosity. Inquiry
Alberta Learning proved to be effective.
Subject lower categories have
not been able to meet almost
every indicator. Subject
category was quite
capable in some indicators
only. While the high
category in almost all indicators
capable of understanding concepts. The error occurs in the facts and
the principle of low and medium category, while the skills
and concepts error
occurs only in the low category. Character RIT low
category is very bad, character RIT categories being at the level of teacher
motivation enough and needs, while the character
RIT high category at a high level.
Keywords: Conceptual Understanding Capabilities, mathematical errors, Curiosity,
Diagnostics Assesment.
ABSTRAK
Tujuan
dari penelitian untuk menguji
efektivitas, mendeskripsikan kemampuan pemahaman konsep, kesalahan, dan karakter rasa ingin tahu pada
pembelajaran Inkuiri Alberta. Metode yang
digunakan adalah penelitian Mix Method, dan desain penelitiannya adalah Concurrent Embaded. Uji yang digunakan adalah uji t. Sebanyak 36 siswa
kelas VIII B ditentukan KAM nya berdasarkan nilai UTS matematika. Setiap KAM
diambil 2 siswa yang dijadikan subjek penelitian. Siswa kelas VIII B diberikan
pembelajaran Inkuiri Alberta. Data kualitatif dianalisis kemampuan pemahaman
konsep, kesalahan, dan karakter rasa ingin tahunya. Pembelajaran Inkuiri
Alberta terbukti efektif. Subjek kategori rendah belum mampu memenuhi hampir
setiap indikator. Subjek kategori sedang
cukup mampu dalam beberapa indikator saja. Sementara kategori tinggi
mampu pada hampir semua indikator pemahaman konsep. Kesalahan Fakta dan prinsip
terjadi pada kategori rendah dan sedang, sedangkan kesalahan keterampilan dan
konsep hanya terjadi pada kategori rendah. Karakter RIT kategori rendah sangat
buruk, karakter RIT kategori sedang pada level cukup dan butuh motivasi guru,
sementara karakter RIT kategori tinggi pada level tinggi.
Kata kunci: Kemampuan
Pemahaman Konsep, Kesalahan matematis, Karakter Rasa Ingin Tahu, Asesmen
Diagnostik.
PENDAHULUAN
Daya
matematika adalah kemampuan untuk mengeksplorasi, menyusun konjektur, dan
memberikan alasan secara logis (NCTM, 1999). Hal ini berhubungan erat dengan kemampuan
pemahaman konsep seseorang. Dalam mempelajari matematika, pemahaman konsep sangat
penting untuk siswa karena konsep matematika yang satu dengan yang lain. Jika
siswa telah memahami konsep-konsep matematika maka akan memudahkan dalam
mempelajari konsep-konsep berikutnya yang lebih kompleks.
Kesalahan
siswa dalam menyelesaikan soal juga perlu adanya analisis untuk mengetahui jenis
kesalahan dan penyebab kesalahan dilakukan siswa sehingga guru dapat memberikan
jenis bantuan kepada siswa. Kesalahan merupakan penyimpangan terhadap hal yang
benar yang sifatnya sistematis, konsisten, maupun insedental pada daerah
tertentu. Abidin (2012) menambahkan bahwa kesalahan dalam menyelesaikan soal
matematika dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu kesalahan fakta, kesalahan
keterampilan, kesalahan konsep dan kesalahan prinsip.
Pembelajaran
matematika sangat berperan terhadap pembentukan karakter pada diri siswa. Ada
banyak karakter yang diharapkan muncul dalam suatu pembelajaran matematika,
salah satunya adalah karakter rasa ingin tahu. Karakter rasa ini tahu adalah
sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan
meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar (Kemendiknas,
2010: 39). Menurut Surya (2006: 39) rasa ingin tahu merupakan bagian yang
mengawali kemauan terbentuknya kreativitas. Kepekaan dalam mengamati objek
merupakan suatu proses berfikir yang didasari oleh rasa ingin tahu.
Hendriana
(2012) menyatakan siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika dan
definisi tanpa memahami maksud isinya. Kecenderungan tersebut berdampak pada hasil belajar matematika
yang kurang memuaskan. Indikasi
dari hal ini dapat dilihat pada hasil ujian nasional mata pelajaran matematika jenjang
pendidikan dasar sampai menengah. Kemampuan matematika para siswa di Indonesia yang rendah
diketahui dari hasil evaluasi The
Third International Mathematics and Science Study (TIMSS). Indonesia menduduki peringkat 38 dari 42 negera pada tahun 2011 (Mullis, 2012). Sedangkan dari hasil Programme for International Student
Assessment (PISA), Indonesia menduduki peringkat 64 dari 65 negara pada
tahun 2012 (OECD, 2013).
Berdasarkan
hasil ulangan harian matematika kelas VIII pada materi bangun ruang sisi datar
di SMP 1 Dawe Kudus tahun ajaran 2013/2014 didapat bahwa rata-rata nilai ulangannya
masih dibawah KKM yaitu 61. Hal ini dapat diindikasikan bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam
mengerjakan soal matematika
pada materi bangun ruang sisi datar. Data hasil pekerjaan siswa menunjukkan bahwa siswa melakukan banyak
kesalahan baik dalam kesalahan keterampilan, kesalahan konsep
dan kesalahan prinsip.
Oleh
karena itu perlu adanya suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman
konseptual siswa pada pokok bahasan geometri yaitu pembelajaran Inkuiri
Alberta. Menurut Donham (dalam
Alberta, 2004), pembelajaran inkuiri Alberta adalah
suatu pembelajaran yang berbasis inkuiri yang terdiri dari beberapa tahap. Pada
dasarnya pembelajaran inkuiri model Alberta adalah metode inkuiri bebas yang d
imodifikasi. Tahap-tahap dalam pembelajaran inkuiri model
Alberta menurut Donham (dalam Alberta, 2004) terdiri dari merencanakan
(planning), mengingat kembali (retrieving), menyelesaikan
(processing),
mencipta/ menghasilkan (creating),
berbagi (sharing), dan mengevaluasi (evaluating).
Salah
satu pendekatan yang dapat menanamkan konsep siswa adalah pendekatan
kosntruktivisme. Sugandi (2007: 85) menjelaskan bahwa pendekatan konstruktivis
adalah suatu pendekatan dimana siswa harus menemukan dan mentransformasikan
suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu
menjadi milik mereka sendiri. Dalam pendekatan kontruktivisme, siswa tidak lagi menerima
paket-paket konsep yang telah dikemas oleh guru, melainkan siswa sendiri yang
mengemasnya. Kesalahan siswa merupakan bagian dari pembelajaran yang tetap
harus dihargai karena hal itu tandanya ia sedang belajar.
Penilaian
yang akan digunakan dalam penelitian ini juga diupayakan dapat mengukur
sejauhmana kemampuan pemahaman konsep yang dimiliki oleh siswa dan kesalahan
kesalahan yang terjadi yaitu dengan menggunakan penilaian diagnostik. Dalam
penilaian diagnostik ini pula diharapkan nanti dapat dijelaskan bagimana
karakter rasa ingin tahun siswa dalam pembelajaran matematika.
Hasil penelitian yang dikembangkan
oleh Sun (2013) menjelaskan bahwa hasil penilaian diagnostik efektif
menggambarkan kemampuan kognitif yang dimiliki siswa. Maisura (2014)
menjelaskan bahwa penilaian diagnostik juga dapat digunakan untuk mengetahui
kesalahan kesalahan siswa dalam pelajaran matematika. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, peneliti
memandang perlu dilakukan penelitian untuk mendeskripsikan lebih jelas tentang
kemampuan pemahaman konsep siswa dan
kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal geometri serta penelusuran sejauhmana karakter rasa ingin tahu yang
dimiliki siswa dalam pembelajaran Inkuiri model Alberta yang didasarkan pada
hasil penilaian diagnostik.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian kombinasi kualitatif dan kuantitatif. Model kombinasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tipe concurrent
triangulation. Concurrent triangulation adalah metode penelitian
yang mengabungkan antara metode kualitatif dan kuantitatif dengan cara
mencampur kedua metode tersebut secara seimbang (Sugiyono: 2013:499). Populasi penelitian ini adalah siswa
kelas VIII SMPN 1 Dawe Kudus tahun ajaran 2014/2015. Dari
kelas-kelas VIII yang ada di SMP Negeri 1 Dawe dipilih 2 kelas secara acak
sebagai sampel penelitian sesuai dengan desain penelitian. Teknik penentuan
sampel penelitian kuantitatif berdasarkan cluster
random sampling. Dari teknik tersebut di dapat kelas VIII B sebagai kelas eksperimen
yang dikenai pembelajaran Inkuiri Alberta Pendekatan Konstruktivis, dan kelas
VIII D sebagai kelas kontrol yang dikenai pembelajaran ekspositori. Teknik
pemilihan subyek pada
penelitian kualitatif adalah non-probability sampling,
yaitu pengambilan subyek dimana setiap obyek penelitian yang diambil tidak
memiliki peluang yang sama untuk dijadikan subyek penelitian. Jenis non-probability sampling yang digunakan
adalah purposive sampling, dimana pengambilan subyek berdasarkan kategori kemampuan awal
matematis.
Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini terdiri atas: observasi, tes, dan
wawancara. Jenis tes dalam penelitian ini yaitu tes Diagnostik. Tes Diagnostik dilakukan setelah siswa melakukan proses
pembelajaran pada materi geometri terhadap kelas eksperimen dan kontrol.
Wawancara
dirancang untuk menggali sejauhmana
kemampuan pemahaman konsep, kesalahan, dan karakter rasa ingin tahu siswa.
Sedangkan observasi hanya digunakan untuk mengukur sejauhmana karakter rasa
ingin tahu saja..
Analisis data dilakukan pada saat tahap sebelum di lapangan hingga
tahap analisis selama di lapangan. Analisis sebelum di lapangan dilakukan
dengan validasi perangkat dan instrumen penelitian.
Analisis selama di lapangan merupakan menyusun
secara sistematis data kuantitatif
dan kualitatif yang diperoleh dari hasil observasi, tes Diagnostik, dan wawancara. Analisis data kuantitatif yang diperoleh dari data tes
Diagnostik untuk
menentukan keefektikan Inkuiri Alberta pendekatan Konstruktivis. terdiri atas: uji ketuntasan dengan uji z, uji beda
rata-rata dengan uji t, dan uji peningkatan N-Gain. Sedangkan analisis data kualitatif dilakukan dengan
cara mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan dari
data yang telah dikumpulkan dan memverifikasi kesimpulan tersebut.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan ketuntasan
belajar kelas eksperimen menggunakan uji proporsi pihak kanan didapat zhitung
= 1,92. Pada diperoleh = z0,45 = 1,64. Karena zhitung
> , maka H1 diterima.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen
yang sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal yaitu 70 mencapai lebih dari
75%. Berdasarkan hasil perhitungan uji
beda rata-rata hasil tes Diagnostik diperoleh thitung = 2,844. Taraf nyata 5% dan = 70 diperoleh ttabel = 1,99. Karena thitung > ttabel
maka H0 ditolak. Oleh karena itu dapat simpulkan bahwa kemampuan pemahaman konsep siswa kelas
eksperimen lebih tinggi daripada siswa pada kelas kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan uji
beda rata-rata skor n-gain diperoleh thitung
= 4,81, sedangkan untuk dk = 70 dan taraf nyata 5% maka
diperoleh ttabel =
1,99. Karena thitung
> ttabel maka H0
ditolak. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan
pemahaman konsep siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelas
kontrol.
Model pembelajaran inkuiri alberta
pendekatan konstruktivis efektif terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa. Hal
ini dikarenakan (1) presentasi peserta didik dengan pembelajaran inkuiri alberta pendekatan konstruktivis yang sudah
mencapai ketuntasan, yaitu 70 lebih dari 75%; (2) rata-rata hasil tes
diagnostik yang dikenakan pembelajaran inkuiri alberta pendekatan konstruktivis
lebih tinggi dari pada siswa yang dikenakan pembelajaran ekspositori; dan
(3) peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa yang dikenai pembelajaran
inkuiri alberta pendekatan konstruktivis lebih tinggi daripada siswa yang
dikenai pembelajaran ekspositori, Hal ini sejalan dengan pendapat Harlen
(2013) yang menjelaskan bahwa pembelajaran Inkuiri efektif dalam membangun
pemahaman konseptual siswa pada pembelajaran matematika, karena pada dasarnya
pembelajaran Inkuiri merangsang siswa untuk menuangkan ide-ide mereka dalam
membangun sebuah pemahaman dalam pembelajaran.
Beberapa
ahli juga menyatakan bahwa pembelajaran Inkuiri Alberta Pendekatan
Konstruktivis efektif. Wang et al (2013)
dalam penelitiannya tentang pembelajaran Inkuiri menjelaskan bahwa selain mampu
meningkatkan prestasi belajar siswa. Camenzuli & Buhagiar (2014) juga
menambahkan bahwa pembelajaran berbasis Inkuiri mampu meningkatkan prestasi
belajar siswa yang memiliki permasalahan berupa kesulitan belajar.
Tes diagnostik dalam penelitian ini digunakan untuk
menganalisis kemampuan pemahaman konsep pada tiap kategori kemampuan awal
matematis siswa. Kemampuan pemahaman konsep kelompok siswa
kategori rendah pada indikator pertama siswa belum dapat mengklasifikasi objek
berdasarkan sifat tertentu. Pada indikator kedua, siswa cukup mampu
dalam menyajikan konsep ke bentuk representasi matematika walaupun masih
terkendala dalam penyelesaian. Pada indikator ketiga, siswa belum mampu
menggunakan prosedur dan operasi penyelesaian dengan benar, dan pada indikator
keempat siswa masih sukar dalam mengaplikasikan
konsep atau algoritma pemecahan masalah karena belum dapat memahami soal dengan
benar.
Kemampuan pemahaman konsep kelompok
siswa kategori sedang pada indikator pertama siswa mampu mengklasifikasi objek
berdasarkan sifat tertentu. Pada indikator kedua, siswa cukup mampu dalam
menyajikan konsep ke bentuk representasi matematika walaupun penyelesaian akhir
kurang lengkap. Pada indikator ketiga,
siswa sudah mampu menggunakan
prosedur dan operasi penyelesaian dengan benar, namun juga belum sempurna, dan
pada indikator keempat siswa belum mampu mengaplikasikan
konsep atau algoritma pemecahan masalah karena belum dapat memahami soal dengan
benar.
Kemampuan pemahaman konsep kelompok
siswa kategori tinggi pada indikator pertama siswa mampu mengklasifikasi objek
berdasarkan sifat tertentu. Pada indikator kedua, siswa mampu dalam menyajikan
konsep ke bentuk representasi matematika.
Pada indikator ketiga, siswa sudah mampu menggunakan
prosedur dan operasi penyelesaian dengan benar, dan pada indikator keempat
siswa mampu
mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah meskipun penyelesaian
akhirnya masih belum lengkap
Tes
diagnostik dalam penelitian ini juga digunakan untuk menganalisis kesalahan
siswa dalam menyelesaikan soal. Kesalahan fakta terjadi
pada kelompok siswa kategori rendah dan sedang. Penyebab utama kesalahan fakta
pada kedua kelompok adalah siswa kurang teliti dalam melengkapi jawaban.
Kesalahan fakta merupakan salah satu kesalahan siswa yang paling dominan dalam
menyelesaikan soal. Hal ini sejalan dengan Hidayat
(2012) yang menyatakan bahwa salah satu kesalahan yang sering dilakukan siswa
dalam menyelesaikan soal adalah kesalahan fakta, sementara itu Satoto dkk
(2013: 7) yang juga menyatakan bahwa kesalahan memahami masalah/ fakta
merupakan jenis kesalahan yang sering dilakukan oleh siswa.
Kesalahan keterampilan hanya terjadi pada
kelompok siswa kategori rendah. Siswa melakukan kesalahan dalam melakukan
operasi aljabar. Penyebab utama kesalahan keterampilan adalah siswa kurang
teliti dan kurang mahir dalam menyelesaikan operasi aljabar. kesalahan keterampilan merupakan salah satu kesalahan yang sering dialami oleh siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian-penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu Sugiyono (2014) yang menyatakan bahwa
kesalahan proses/ kesalahan keterampilan seringkali dilakukan oleh siswa dalam
menyelesaikan soal. Sugiyono (2014) juga menambahkan bahwa salah hitung dan
kurang teliti merupakan salah satu penyebab dari kesalahan keterampilan
Kesalahan Konsep hanya terjadi pada
kelompok siswa kategori rendah. Penyebab utama kesalahan konsep adalah siswa
belum memahami konsep jaring-jaring dan volum balok. Kesalahan
konsep merupakan salah satu kesalahan yang sering dialami oleh siswa. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu Sugiyono
(2014) yang menyatakan bahwa kesalahan pemahaman/ kesalahan konsep merupakan
seringkali dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal. Salah satu faktor
penyebab terjadinya kesalahan konsep adalah kurangnya pemahaman siswa dalam
memahami soal.
Kesalahan Prinsip Kesalahan prinsip terjadi pada
kelompok siswa kategori rendah dan sedang. Hal ini terjadi karena siswa tidak
merencanakan penyelesaian dengan baik. Penyebab utama kesalahan prinsip adalah
siswa kurang teliti dan kurang memahami soal. Kesalahan prinsip merupakan tipe
kesalahan yang tidak dapat dilepaskan oleh siswa. Hal ini dikarenakan mereka
kurang teliti dan kurang memahami keterkaitan antar konsep pada soal tersebut.
Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Hidayat (2012) yang dalam
penelitiannya menjelaskan bahwa kesalahan terbesar siswa dalam menjawab soal
selain kesalahan fakta adalah kesalahan prinsip.
Karakter rasa ingin tahu pada tiap kategori kemampuan awal
matematis pada pembelajaran Inkuiri Alberta Pendekatan Konstruktivis adalah
sebagai berikut. Rasa ingin tahu pada kelompok siswa kategori rendah masih
sangat rendah. Semangat siswa dalam pembelajaran masih kurang. Siswa seringkali
menggantungkan temannya dalam mengerjakan LKS dan LLS. Siswa tidak pernah mengajukan pertanyaan
apalagi menyumbangkan ide.
Rasa ingin tahu pada kelompok siswa kategori sedang
berada pada level cukup. Siswa mempunyai
semangat belajar cukup, namun seringkali masih mudah terpengaruh oleh
teman-temannya. Siswa
suka berdiskusi dengan teman sekelasnya, mencari cara untuk menemukan jawaban
dari buku-buku catatan dan tidak malu untuk bertanya pada guru. Namun tidak
jarang mereka putus asa ketika menghadapi soal yang sukar.
Rasa ingin tahu pada kelompok siswa kategori tinggi
berada pada level tinggi. Siswa selalu
terlihat aktif dalam kelompoknya. Siswa juga sering memberikan ide-ide kepada
kelompoknya. Siswa juga seringkali
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada guru tentang materi pelajaran yang
sedang dibahas. Dalam
mengerjakan soal soal matematika, banyak sumber belajar yang mereka gunakan.
PENUTUP
Pada dasarnya pembelajaran Inkuiri alberta pendekatan konstruktivis merupakan pembelajaran yang terbukti efektif dalam
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa. Oleh karena itu perlu
dikembangkan lagi pembelajaran Inkuiri Alberta Pendekatan Konstruktivis pada
beberapa materi yang setipe.
Selain meningkatkan kemampuan pemahaman
konsep siswa, guru juga sangat dianjurkan untuk menekan tingkat kesalahan
siswa. Ada empat jenis kesalahan siswa dalam mengerjakan soal, yaitu kesalahan
fakta, kesalahan keterampilan, kesalahan konsep, dan kesalahan prinsip.
Kelompok siswa kategori rendah merupakan kelompok siswa yang paling membutuhkan
bantuan dan arahan oleh guru, karena keempat jenis kesalahan dilakukan oleh
kelompok ini.
Pembelajaran Inkuiri alberta pendekatan konstruktivis juga mampu meningkatkan karakter rasa ingin tahu siswa pada
setiap kategori siswa. Namun hanya pada kelompok siswa kategori rendah,
peningkatan karakter rasa ingin tahu tidak begitu signifikan. Untuk itu perlu
adanya dorongan dan motivasi guru pada kategori ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 2012. Analisis Kesalahan Matematika Prodi Pendidikan Matematika Fakultas
Tarbiyah IAIN Ar-Raniry dalam Mata Kuliah Trigonometri dan Kalkulus.
Jurnal
Ilmiah DIDAKTIKA, 13 (1),
183-196.
Alberta. 2004. Focus on Inquiry: a teacher’s guide to implementing inquiry-based learning.
Toronto: Nelson Publications, Canada.
Camenzuli,
J. & Buhagiar, M.A. 2014. Using Inquiry-Based Learning to Support the Mathematical Learning of Students with SEBD. Jthe International Journal of Emotional
Education,
Volume 6 Nomor 2 halaman: 69-85. Malta :
University of Malta.
Hendriana, H. 2012. “Pembelajaran Matematika Humanis
dengan Metaphorical Thinking Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa”. Jurnal Iinfinity, Volume 1 No. 1. Hal 90-103.
Harlen, W. 2013. “ Inquiry-based
learning in science and mathematics”. Jurnal, Review of Science, Mathematics, and
Ict Education. Volume 7 No.2. Hal 9-33.
Hidayat,
B.R. dkk. 2013. “Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal pada materi
ruang dimensi tiga ditinjau dari gaya kognitif siswa”. Jurnal pendidikan matematika solusi. Volume 1 Nomor 1 Maret.
Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta : Puskur Balitbang Kementerian Pendidikan Nasional.
Maisura. 2014. “Remidial Teaching didasarkan pada
diagnosa kesulitan siswa kelas II madrasah tsanawiyah”. Jurnal Didaktika Matematika. Vol 1 No. 1 April. ISSN : 2355-4185
Mullis, I.V.S., et
al. 2012. TIMSS 2011 International
Results in Mathematics. Boston: Lynch School of Education
National
Council of Teachers of Mathematics (NCTM). 1999. Mathematical Reasoning.
Tersedia di www.nctm.org
Organization
for Economic Coperation and Development (OECD). 2013. PISA 2012 Results in Focus. Tersedia di www.oecd.org/pisa.
Satoto,
S.dkk. 2013. Analisis Kesalahan Hasil
Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Soal dengan Prosedur Newman. Unnes
Journal of Mathematics Education, Volume 2 No. 1
Sugandi, A. 2007. Teori Pembelajaran. Semarang : UPT MKK
UNNES.
Sugiyono, 2010. Metode
Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuatitatif,
Kualitatif dan R&D). Bandung:
Alfabeta
Sugiyono,
S.dkk. 2014. Kesalahan Prosedur Newman
pada Siswa Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Ilmiah STKIP PGRI
Ngawi. Volume 13 No. 1 . P58-P64.
Sun,
Y. & Suzuki M. 2013. Diagnostic Assessment for Improving Teaching
Practice. International Journal of Information and Education
Technology, Volume
3, Nomor 6. Hal 607-610. http://www.ijiet.org/papers/345-T021.pdf (diakses 5 November 2014)
Wang,
P.H. et al. 2013. The Learning
Effectiveness of Inquiry-Based Instruction Among Vocational High School Students. Educational Research International.Vol.
2 No.2 ISSN-L: 2307-3713, ISSN:
2307-3721.