Selasa, 08 September 2015

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP DAN RASA INGIN TAHU PADA PEMBELAJARAN INKUIRI ALBERTA BERBASIS ASESMEN DIAGNOSTIK



ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP DAN RASA INGIN TAHU
PADA PEMBELAJARAN INKUIRI ALBERTA BERBASIS ASESMEN DIAGNOSTIK

Galih Kurniawan*, Kartono, dan Edy Cahyono
Pendidikan Matematika, PPs Universitas Negeri Semarang

ABSTRACT

The aim of the study to test the effectiveness, describing the ability of understanding the concept, errors, and the character of curiosity on inquiry Alberta learning. The method used is Mix Method research, and design research is Concurrent Embaded. The test used was t test. A total of 36 students of class VIII and his KAM is determined based on the value of UTS mathematics. Each KAM taken two students as research subjects. Eighth grade students are given inquiry Alberta learning. Qualitative data were analyzed the ability of understanding the concept, errors, and the character of curiosity. Inquiry Alberta Learning proved to be effective. Subject lower categories have not been able to meet almost every indicator. Subject category was quite capable in some indicators only. While the high category in almost all indicators capable of understanding concepts. The error occurs in the facts and the principle of low and medium category, while the skills and concepts error occurs only in the low category. Character RIT low category is very bad, character RIT categories being at the level of teacher motivation enough and needs, while the character RIT high category at a high level.
Keywords: Conceptual Understanding Capabilities, mathematical errors, Curiosity, Diagnostics Assesment.

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian untuk menguji efektivitas, mendeskripsikan kemampuan pemahaman konsep, kesalahan, dan karakter rasa ingin tahu pada pembelajaran Inkuiri Alberta. Metode yang digunakan adalah penelitian Mix Method, dan desain penelitiannya adalah Concurrent Embaded. Uji yang digunakan adalah uji t. Sebanyak 36 siswa kelas VIII B ditentukan KAM nya berdasarkan nilai UTS matematika. Setiap KAM diambil 2 siswa yang dijadikan subjek penelitian. Siswa kelas VIII B diberikan pembelajaran Inkuiri Alberta. Data kualitatif dianalisis kemampuan pemahaman konsep, kesalahan, dan karakter rasa ingin tahunya. Pembelajaran Inkuiri Alberta terbukti efektif. Subjek kategori rendah belum mampu memenuhi hampir setiap indikator. Subjek kategori sedang  cukup mampu dalam beberapa indikator saja. Sementara kategori tinggi mampu pada hampir semua indikator pemahaman konsep. Kesalahan Fakta dan prinsip terjadi pada kategori rendah dan sedang, sedangkan kesalahan keterampilan dan konsep hanya terjadi pada kategori rendah. Karakter RIT kategori rendah sangat buruk, karakter RIT kategori sedang pada level cukup dan butuh motivasi guru, sementara karakter RIT kategori tinggi pada level tinggi.

Kata kunci: Kemampuan Pemahaman Konsep, Kesalahan matematis, Karakter Rasa Ingin Tahu, Asesmen Diagnostik.

PENDAHULUAN
Daya matematika adalah kemampuan untuk mengeksplorasi, menyusun konjektur, dan memberikan alasan secara logis (NCTM, 1999).  Hal ini berhubungan erat dengan kemampuan pemahaman konsep seseorang. Dalam mempelajari matematika, pemahaman konsep sangat penting untuk siswa karena konsep matematika yang satu dengan yang lain. Jika siswa telah memahami konsep-konsep matematika maka akan memudahkan dalam mempelajari konsep-konsep berikutnya yang lebih kompleks.
Kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal juga perlu adanya analisis untuk mengetahui jenis kesalahan dan penyebab kesalahan dilakukan siswa sehingga guru dapat memberikan jenis bantuan kepada siswa. Kesalahan merupakan penyimpangan terhadap hal yang benar yang sifatnya sistematis, konsisten, maupun insedental pada daerah tertentu. Abidin (2012) menambahkan bahwa kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu kesalahan fakta, kesalahan keterampilan, kesalahan konsep dan kesalahan prinsip.
Pembelajaran matematika sangat berperan terhadap pembentukan karakter pada diri siswa. Ada banyak karakter yang diharapkan muncul dalam suatu pembelajaran matematika, salah satunya adalah karakter rasa ingin tahu. Karakter rasa ini tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar (Kemendiknas, 2010: 39). Menurut Surya (2006: 39) rasa ingin tahu merupakan bagian yang mengawali kemauan terbentuknya kreativitas. Kepekaan dalam mengamati objek merupakan suatu proses berfikir yang didasari oleh rasa ingin tahu.
Hendriana (2012) menyatakan siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika dan definisi tanpa memahami maksud isinya. Kecenderungan tersebut berdampak pada hasil belajar matematika yang kurang memuaskan. Indikasi dari hal ini dapat dilihat pada hasil ujian nasional mata pelajaran matematika jenjang pendidikan dasar sampai menengah. Kemampuan matematika para siswa di Indonesia yang rendah diketahui dari hasil evaluasi The Third International Mathematics and Science Study (TIMSS). Indonesia menduduki peringkat 38 dari 42 negera pada tahun 2011 (Mullis, 2012). Sedangkan dari hasil Programme for International Student Assessment (PISA), Indonesia menduduki peringkat 64 dari 65 negara pada tahun 2012 (OECD, 2013).
Berdasarkan hasil ulangan harian matematika kelas VIII pada materi bangun ruang sisi datar di SMP 1 Dawe Kudus tahun ajaran 2013/2014 didapat bahwa rata-rata nilai ulangannya masih dibawah KKM yaitu 61. Hal ini dapat diindikasikan bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal matematika pada materi bangun ruang sisi datar. Data hasil pekerjaan siswa menunjukkan bahwa siswa melakukan banyak kesalahan baik dalam kesalahan keterampilan, kesalahan konsep dan kesalahan prinsip.
Oleh karena itu perlu adanya suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konseptual siswa pada pokok bahasan geometri yaitu pembelajaran Inkuiri Alberta. Menurut Donham (dalam Alberta, 2004),  pembelajaran inkuiri Alberta adalah suatu pembelajaran yang berbasis inkuiri yang terdiri dari beberapa tahap. Pada dasarnya pembelajaran inkuiri model Alberta adalah metode inkuiri bebas yang d imodifikasi. Tahap-tahap dalam pembelajaran inkuiri model Alberta menurut Donham (dalam Alberta, 2004) terdiri dari merencanakan (planning), mengingat kembali (retrieving), menyelesaikan (processing), mencipta/ menghasilkan (creating), berbagi (sharing), dan mengevaluasi (evaluating).
Salah satu pendekatan yang dapat menanamkan konsep siswa adalah pendekatan kosntruktivisme. Sugandi (2007: 85) menjelaskan bahwa pendekatan konstruktivis adalah suatu pendekatan dimana siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dalam pendekatan kontruktivisme, siswa tidak lagi menerima paket-paket konsep yang telah dikemas oleh guru, melainkan siswa sendiri yang mengemasnya. Kesalahan siswa merupakan bagian dari pembelajaran yang tetap harus dihargai karena hal itu tandanya ia sedang belajar.
Penilaian yang akan digunakan dalam penelitian ini juga diupayakan dapat mengukur sejauhmana kemampuan pemahaman konsep yang dimiliki oleh siswa dan kesalahan kesalahan yang terjadi yaitu dengan menggunakan penilaian diagnostik. Dalam penilaian diagnostik ini pula diharapkan nanti dapat dijelaskan bagimana karakter rasa ingin tahun siswa dalam pembelajaran matematika.
Hasil penelitian yang dikembangkan oleh Sun (2013) menjelaskan bahwa hasil penilaian diagnostik efektif menggambarkan kemampuan kognitif yang dimiliki siswa. Maisura (2014) menjelaskan bahwa penilaian diagnostik juga dapat digunakan untuk mengetahui kesalahan kesalahan siswa dalam pelajaran matematika. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, peneliti memandang perlu dilakukan penelitian untuk mendeskripsikan lebih jelas tentang kemampuan pemahaman konsep siswa dan kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal geometri serta penelusuran sejauhmana karakter rasa ingin tahu yang dimiliki siswa dalam pembelajaran Inkuiri model Alberta yang didasarkan pada hasil penilaian diagnostik.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kombinasi kualitatif dan kuantitatif. Model kombinasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe concurrent triangulation. Concurrent triangulation adalah metode penelitian yang mengabungkan antara metode kualitatif dan kuantitatif dengan cara mencampur kedua metode tersebut secara seimbang (Sugiyono: 2013:499). Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 1 Dawe Kudus tahun ajaran 2014/2015. Dari kelas-kelas VIII yang ada di SMP Negeri 1 Dawe dipilih 2 kelas secara acak sebagai sampel penelitian sesuai dengan desain penelitian. Teknik penentuan sampel penelitian kuantitatif berdasarkan cluster random sampling. Dari teknik tersebut di dapat kelas VIII B sebagai kelas eksperimen yang dikenai pembelajaran Inkuiri Alberta Pendekatan Konstruktivis, dan kelas VIII D sebagai kelas kontrol yang dikenai pembelajaran ekspositori. Teknik pemilihan subyek pada penelitian kualitatif adalah non-probability sampling, yaitu pengambilan subyek dimana setiap obyek penelitian yang diambil tidak memiliki peluang yang sama untuk dijadikan subyek penelitian. Jenis non-probability sampling yang digunakan adalah purposive sampling, dimana pengambilan subyek berdasarkan kategori kemampuan awal matematis.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini terdiri atas: observasi, tes, dan wawancara. Jenis tes dalam penelitian ini yaitu tes Diagnostik. Tes Diagnostik dilakukan setelah siswa melakukan proses pembelajaran pada materi geometri terhadap kelas eksperimen dan kontrol. Wawancara dirancang untuk menggali sejauhmana kemampuan pemahaman konsep, kesalahan, dan karakter rasa ingin tahu siswa. Sedangkan observasi hanya digunakan untuk mengukur sejauhmana karakter rasa ingin tahu saja..
Analisis data dilakukan pada saat tahap sebelum di lapangan hingga tahap analisis selama di lapangan. Analisis sebelum di lapangan dilakukan dengan validasi perangkat dan instrumen penelitian. Analisis selama di lapangan merupakan menyusun secara sistematis data kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh dari hasil observasi, tes Diagnostik, dan wawancara. Analisis data kuantitatif yang diperoleh dari data tes Diagnostik untuk menentukan keefektikan Inkuiri Alberta pendekatan Konstruktivis. terdiri atas: uji ketuntasan dengan uji z, uji beda rata-rata dengan uji t, dan uji peningkatan N-Gain. Sedangkan analisis data kualitatif dilakukan dengan cara mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan dari data yang telah dikumpulkan dan memverifikasi kesimpulan tersebut.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan ketuntasan belajar kelas eksperimen menggunakan uji proporsi pihak kanan didapat zhitung = 1,92. Pada  diperoleh  = z0,45 = 1,64. Karena zhitung > , maka H1 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen yang sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal yaitu 70 mencapai lebih dari 75%. Berdasarkan hasil perhitungan uji beda rata-rata hasil tes Diagnostik diperoleh thitung = 2,844. Taraf nyata 5% dan  = 70 diperoleh ttabel = 1,99. Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak. Oleh karena itu dapat simpulkan bahwa kemampuan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa pada kelas kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan uji beda rata-rata skor n-gain diperoleh thitung = 4,81, sedangkan untuk dk = 70 dan taraf nyata 5% maka diperoleh ttabel = 1,99. Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol.
Model pembelajaran inkuiri alberta pendekatan konstruktivis efektif terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa. Hal ini dikarenakan (1) presentasi peserta didik dengan  pembelajaran inkuiri alberta pendekatan konstruktivis yang sudah mencapai ketuntasan, yaitu 70 lebih dari 75%; (2) rata-rata hasil tes diagnostik yang dikenakan pembelajaran inkuiri alberta pendekatan konstruktivis lebih tinggi dari pada siswa yang dikenakan pembelajaran ekspositori; dan (3) peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa yang dikenai pembelajaran inkuiri alberta pendekatan konstruktivis lebih tinggi daripada siswa yang dikenai pembelajaran ekspositori, Hal ini sejalan dengan pendapat Harlen (2013) yang menjelaskan bahwa pembelajaran Inkuiri efektif dalam membangun pemahaman konseptual siswa pada pembelajaran matematika, karena pada dasarnya pembelajaran Inkuiri merangsang siswa untuk menuangkan ide-ide mereka dalam membangun sebuah pemahaman dalam pembelajaran.
Beberapa ahli juga menyatakan bahwa pembelajaran Inkuiri Alberta Pendekatan Konstruktivis efektif. Wang et al (2013) dalam penelitiannya tentang pembelajaran Inkuiri menjelaskan bahwa selain mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Camenzuli & Buhagiar (2014) juga menambahkan bahwa pembelajaran berbasis Inkuiri mampu meningkatkan prestasi belajar siswa yang memiliki permasalahan berupa kesulitan belajar.
Tes diagnostik dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis kemampuan pemahaman konsep pada tiap kategori kemampuan awal matematis siswa. Kemampuan pemahaman konsep kelompok siswa kategori rendah pada indikator pertama siswa belum dapat mengklasifikasi objek berdasarkan sifat tertentu. Pada indikator kedua, siswa cukup mampu dalam menyajikan konsep ke bentuk representasi matematika walaupun masih terkendala dalam penyelesaian. Pada indikator ketiga, siswa belum mampu menggunakan prosedur dan operasi penyelesaian dengan benar, dan pada indikator keempat siswa masih sukar dalam mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah karena belum dapat memahami soal dengan benar.
Kemampuan pemahaman konsep kelompok siswa kategori sedang pada indikator pertama siswa mampu mengklasifikasi objek berdasarkan sifat tertentu. Pada indikator kedua, siswa cukup mampu dalam menyajikan konsep ke bentuk representasi matematika walaupun penyelesaian akhir kurang lengkap.  Pada indikator ketiga, siswa sudah mampu menggunakan prosedur dan operasi penyelesaian dengan benar, namun juga belum sempurna, dan pada indikator keempat siswa belum mampu  mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah karena belum dapat memahami soal dengan benar.
Kemampuan pemahaman konsep kelompok siswa kategori tinggi pada indikator pertama siswa mampu mengklasifikasi objek berdasarkan sifat tertentu. Pada indikator kedua, siswa mampu dalam menyajikan konsep ke bentuk representasi matematika.  Pada indikator ketiga, siswa sudah mampu menggunakan prosedur dan operasi penyelesaian dengan benar, dan pada indikator keempat siswa mampu mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah meskipun penyelesaian akhirnya masih belum lengkap
Tes diagnostik dalam penelitian ini juga digunakan untuk menganalisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal. Kesalahan fakta terjadi pada kelompok siswa kategori rendah dan sedang. Penyebab utama kesalahan fakta pada kedua kelompok adalah siswa kurang teliti dalam melengkapi jawaban. Kesalahan fakta merupakan salah satu kesalahan siswa yang paling dominan dalam menyelesaikan soal. Hal ini sejalan dengan Hidayat (2012) yang menyatakan bahwa salah satu kesalahan yang sering dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal adalah kesalahan fakta, sementara itu Satoto dkk (2013: 7) yang juga menyatakan bahwa kesalahan memahami masalah/ fakta merupakan jenis kesalahan yang sering dilakukan oleh siswa.
 Kesalahan keterampilan hanya terjadi pada kelompok siswa kategori rendah. Siswa melakukan kesalahan dalam melakukan operasi aljabar. Penyebab utama kesalahan keterampilan adalah siswa kurang teliti dan kurang mahir dalam menyelesaikan operasi aljabar. kesalahan keterampilan merupakan salah satu kesalahan yang  sering dialami oleh siswa.  Hal ini sejalan dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu Sugiyono (2014) yang menyatakan bahwa kesalahan proses/ kesalahan keterampilan seringkali dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal. Sugiyono (2014) juga menambahkan bahwa salah hitung dan kurang teliti merupakan salah satu penyebab dari kesalahan keterampilan
Kesalahan Konsep hanya terjadi pada kelompok siswa kategori rendah. Penyebab utama kesalahan konsep adalah siswa belum memahami konsep jaring-jaring dan volum balok. Kesalahan konsep merupakan salah satu kesalahan yang sering dialami oleh siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu Sugiyono (2014) yang menyatakan bahwa kesalahan pemahaman/ kesalahan konsep merupakan seringkali dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal. Salah satu faktor penyebab terjadinya kesalahan konsep adalah kurangnya pemahaman siswa dalam memahami soal.
Kesalahan Prinsip Kesalahan prinsip terjadi pada kelompok siswa kategori rendah dan sedang. Hal ini terjadi karena siswa tidak merencanakan penyelesaian dengan baik. Penyebab utama kesalahan prinsip adalah siswa kurang teliti dan kurang memahami soal. Kesalahan prinsip merupakan tipe kesalahan yang tidak dapat dilepaskan oleh siswa. Hal ini dikarenakan mereka kurang teliti dan kurang memahami keterkaitan antar konsep pada soal tersebut. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Hidayat (2012) yang dalam penelitiannya menjelaskan bahwa kesalahan terbesar siswa dalam menjawab soal selain kesalahan fakta adalah kesalahan prinsip.
Karakter rasa ingin tahu pada tiap kategori kemampuan awal matematis pada pembelajaran Inkuiri Alberta Pendekatan Konstruktivis adalah sebagai berikut. Rasa ingin tahu pada kelompok siswa kategori rendah masih sangat rendah. Semangat siswa dalam pembelajaran masih kurang. Siswa seringkali menggantungkan temannya dalam mengerjakan LKS dan LLS. Siswa tidak pernah mengajukan pertanyaan apalagi menyumbangkan ide.
Rasa ingin tahu pada kelompok siswa kategori sedang berada pada level cukup. Siswa mempunyai semangat belajar cukup, namun seringkali masih mudah terpengaruh oleh teman-temannya. Siswa suka berdiskusi dengan teman sekelasnya, mencari cara untuk menemukan jawaban dari buku-buku catatan dan tidak malu untuk bertanya pada guru. Namun tidak jarang mereka putus asa ketika menghadapi soal yang sukar.
Rasa ingin tahu pada kelompok siswa kategori tinggi berada pada level tinggi. Siswa selalu terlihat aktif dalam kelompoknya. Siswa juga sering memberikan ide-ide kepada kelompoknya. Siswa juga seringkali mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada guru tentang materi pelajaran yang sedang dibahas. Dalam mengerjakan soal soal matematika, banyak sumber belajar yang mereka gunakan.

PENUTUP
Pada dasarnya pembelajaran Inkuiri alberta pendekatan konstruktivis merupakan pembelajaran yang terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa. Oleh karena itu perlu dikembangkan lagi pembelajaran Inkuiri Alberta Pendekatan Konstruktivis pada beberapa materi yang setipe.
Selain meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa, guru juga sangat dianjurkan untuk menekan tingkat kesalahan siswa. Ada empat jenis kesalahan siswa dalam mengerjakan soal, yaitu kesalahan fakta, kesalahan keterampilan, kesalahan konsep, dan kesalahan prinsip. Kelompok siswa kategori rendah merupakan kelompok siswa yang paling membutuhkan bantuan dan arahan oleh guru, karena keempat jenis kesalahan dilakukan oleh kelompok ini.
Pembelajaran Inkuiri alberta pendekatan konstruktivis juga mampu meningkatkan karakter rasa ingin tahu siswa pada setiap kategori siswa. Namun hanya pada kelompok siswa kategori rendah, peningkatan karakter rasa ingin tahu tidak begitu signifikan. Untuk itu perlu adanya dorongan dan motivasi guru pada kategori ini.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 2012. Analisis Kesalahan Matematika Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry dalam Mata Kuliah Trigonometri dan Kalkulus. Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, 13 (1), 183-196.
Alberta. 2004. Focus on Inquiry: a teacher’s guide to implementing inquiry-based learning. Toronto: Nelson Publications, Canada.
Camenzuli, J. & Buhagiar, M.A. 2014. Using Inquiry-Based Learning to Support the Mathematical Learning of Students with SEBD. Jthe International Journal of Emotional Education, Volume 6 Nomor 2  halaman: 69-85. Malta : University of Malta.
Hendriana, H. 2012. “Pembelajaran Matematika Humanis dengan Metaphorical Thinking Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa”. Jurnal Iinfinity, Volume 1 No. 1. Hal 90-103.
Harlen, W. 2013. “ Inquiry-based learning in science and mathematics”. Jurnal, Review of Science, Mathematics, and Ict Education.  Volume 7 No.2. Hal 9-33.
Hidayat, B.R. dkk. 2013. “Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal pada materi ruang dimensi tiga ditinjau dari gaya kognitif siswa”. Jurnal pendidikan matematika solusi. Volume 1 Nomor 1 Maret.
Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta : Puskur Balitbang Kementerian Pendidikan Nasional.
Maisura. 2014. “Remidial Teaching didasarkan pada diagnosa kesulitan siswa kelas II madrasah tsanawiyah”. Jurnal Didaktika Matematika. Vol 1 No. 1 April. ISSN : 2355-4185
Mullis, I.V.S., et al. 2012. TIMSS 2011 International Results in Mathematics. Boston: Lynch School of Education
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). 1999.  Mathematical Reasoning. Tersedia di www.nctm.org
Organization for Economic Coperation and Development (OECD). 2013. PISA 2012 Results in Focus. Tersedia di www.oecd.org/pisa.
 Satoto, S.dkk. 2013. Analisis Kesalahan Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Soal dengan Prosedur Newman. Unnes Journal of Mathematics Education, Volume 2  No. 1  
Sugandi, A. 2007. Teori Pembelajaran. Semarang : UPT MKK UNNES.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuatitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta
Sugiyono, S.dkk. 2014. Kesalahan Prosedur Newman pada Siswa Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi. Volume 13  No. 1 . P58-P64.
Sun, Y. & Suzuki M. 2013. Diagnostic Assessment for Improving Teaching Practice.  International Journal of Information and Education Technology, Volume  3, Nomor 6. Hal 607-610.  http://www.ijiet.org/papers/345-T021.pdf  (diakses 5 November 2014)
Wang, P.H. et al. 2013. The Learning Effectiveness of Inquiry-Based Instruction Among Vocational High School Students. Educational Research International.Vol. 2 No.2 ISSN-L: 2307-3713, ISSN: 2307-3721.